Jika mengikuti pola bangunan tradisional aslinya, pola umum Masjid Pathok Negara adalah beratap tajug dengan tumpang dua, lebih sedikit dari atap Masjid Gede Kauman yang beratap tajug tumpang tiga. Mahkota Masjid Pathok Negara aslinya terbuat dari tanah liat. Atap masjid memakai tatanan atap kayu alias sirap. Selain ciri-ciri tadi, masing-masing Masjid Pathok Negara dilengkapi keberadaan pohon sawo kecik, kolam keliling, juga mimbar berukir di bagian dalam masjidnya. Namun, seiring perjalanan waktu, tidak semua dari lima Masjid Pathok Negara masih lengkap memiliki ciri-ciri asli tadi.
Kuintet atau lima serangkai Masjid Pathok Negara yang ada di sekeliling kota Yogyakarta dan suburbannya terdiri dari Masjid Sulthoni Plosokuning, Masjid Ad Darojat Babadan, Masjid Jami An-Nur Mlangi, Masjid Nurul Huda Dongkelan, dan Masjid Taqwa Wonokromo. Menurut Dosen Teknik Arsitektur Universitas Widya Mataram, Desy Ayu Krisna Murti ST, MSc, empat Masjid Pathok Negara yang disebut di awal dibangun pada kurun 1723-1819, sedangkan Masjid Taqwa Wonokromo dibangun sekitar 1814-1823. Berikut adalah deskripsi dari masing-masing anggota kuintet Masjid Pathok Negara tersebut: 1.Masjid Sulthoni Plosokuning Masjid ini terletak di Desa Plosokuning, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dengan demikian secara lokasi menempati daerah timur laut dari kawasan kota Yogyakarta. Masjid ini menempati sisi timur dari aliran Sungai Gajah Wong. Jarak masjid kurang lebih 12 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Di antara lima Masjid Pathok Negara, Masjid Plosokuning yang paling terjaga kelestariannya. Luas lahan kompleks masjid sekitar 2.500 meter persegi. Luas bangunan masjid awalnya sekitar 288 meter persegi dan kemudian membesar menjadi 328 meter persegi. 2.Masjid Ad Darojat Babadan Masjid ini terletak di Babadan, Gedongkuning, Banguntapan, Kabupaten Bantul. Lokasi masjid menempati sisi timur dari kawasan kota Yogyakarta. Sebagaimana Masjid Pathok Negara Plosokuning, Masjid Pathok Negara Babadan juga berada di sisi timur dari aliran Sungai Gajah Wong. Jarak masjid ini sekitar 5 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Semasa Pendudukan Jepang, desa tempat masjid berlokasi terkena pelebaran kawasan Pangkalan Udara Maguwo. Penduduk desa dipindahan ke daerah jalan raya yang menuju kawasan Kaliurang. Masjid pun rusak hanya tersisakan fondasi dan tembok saja. Atas inisiatif warga setempat bernama Muthohar, masjid kembali dibangun sekitar dekade 1960-an. Sultan Hamengkubuwana IX menyambut baik dan mendukung upaya pembangunan ulang salah satu dari Masjid Pathok Negara ini. Sebagai penghormatan atas perhatian Sang Sultan saat pembangunan ulang Masjid Pathok Negara Babadan, maka ditambahkan nama Ad Darojat kepada masjid tersebut. Penamaan tadi diinspirasi oleh nama muda Sultan Hamengkubuwana IX, yaitu Raden Mas Dorodjatun, sebelum naik takhta pada 1940. 3.Masjid Jami An-Nur Mlangi Masjid ini terletak di Dusun Mlangi, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman. Dusun yang ditempati masjid ini ada di sebelah barat dari kawasan kota Yogyakarta. Lokasi masjid maupun dusun yang ditempati ada di sebelah barat aliran Sungai Winongo. Jarak masjid ini ksekitar 8 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Penamaan An Nur yang ikut melekati nama Masjid Pathok Negara ini berkaitan dengan nama Kyai Nuriman, sang pendiri masjid sekaligus pendiri Pesantren Mlangi. Bangunan asli Masjid Pathok Negara Mlangi sudah tidak ada. Begitu juga dengan kolam bersuci yang mengitari masjid. Hal itu adalah imbas adopsi bentuk masjid berupa bangunan beton dan bertingkat sejak 1985. Namun, tetap ada beberapa peninggalan lama yang masih dipertahankan, yakni hiasan puncak masjid berbentuk gada, mimbar kayu berukir, juga bedug besarnya. Hingga kini, daerah sekitar Masjid Pathok Negara Mlangi dikenal sebagai lingkungan santri. Pasalnya ada banyak pesantren berdiri di sana. Para pengelolanya adalah para keturunan Kyai Nuriman. 4.Masjid Nurul Huda Dongkelan Masjid ini berkedudukan di Kauman, Dongkelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Jarak masjid ini sekitar 3,5 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Masjid Pathok Negara Dongkelan berada di sisi barat dari aliran Sungai Winongo. 5.Masjid Taqwa Wonokromo Masjid ini berkedudukan di Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul. Letaknya bersebelahan dengan tempuran atau titik pertemuan antara aliran Sungai Opak dan aliran Sungai Oya. Jarak masjid ini sekitar 10 kilometer dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Keberadaan masjid ini erat kaitannya dengan tokoh Kyai Muhammad Fakih, seorang pemuka agama Islam setempat yang hidup sekitar tahun 1700-an Masehi. Pria ini dikenal luas sebagai guru agama dengan nama alias Kyai Welit karena memiliki pekerjaan lain sebagai pembuat welit atau atap rumbia. Kyai Muhammad Fakih alias Kyai Welit adalah kakak ipar Sultan Hamengkubuwana I. Sultan pendiri Kasultanan Yogyakarta tersebut juga memercayai Kyai Muhammad Fakih sebagai salah seorang penasehatnya di bidang agama. Konon, atas saran Kyai Welit lah sehingga Sultan Hamengkubuwana I lantas menitahkan pendirian masjid-masjid yang berdasarkan kedudukannya digolongkan sebagai kelompok Masjid Pathok Negara. Sultan Hamengkubuwana I sendiri pada 1774 memercayakan jabatan pengulu Pathok Negara kepada Kyai Muhammad Fakih. Ia diberikan pula anugerah tanah perdikan yang kemudian disebut Wonokromo. Di tengah tanah perdikan itu didirikanlah Masjid Pathok Negara. Awalnya, Masjid Pathok Negara memiliki bangunan induk berbentuk tajug dan bermustaka tanah liat, sedangkan serambinya berbentuk limasan. Kerangka bangunan didominasi bambu, dengan dinding-dinding dari gedheg (anyaman bambu), lalu atap dari welit. Pada 1867, kerangka bangunan diubah memakai kayu nangka dan dindingnya menjadi tembok bata. Pada 1958, ada pemugaran yang menimbun kolam keliling, membangun tempat wudhu di utara masjid, juga memerluas serambi. Pada 1986, seluruh bangunan masjid dibongkar untuk diganti bangunan baru berbahan beton bertulang, tapi tetap memertahankan bentuk khas masjid Jawa. REFERENSI
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
November 2024
Categories |