ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Lima Bunga Uborampe Upacara Jawa Berikut Makna di Baliknya

6/12/2021

2 Comments

 
​Orang Jawa mengakrabi banyak upacara adat.  Mulai dari upacara yang berkaitan dengan perkawinan, kehamilan, kelahiran bayi, penanda kedewasaan tumbuh kembang, hingga pemulasaraan jenazah, pemakaman, dan peringatan mengenang wafatnya seorang yang telah meninggal. Dari sekian macam upacara itu, bunga atau biasa juga disebut “Kembang” lazim hadir sebagai uborampe atau perlengkapannya. Selain indah, bunga digunakan sebagai uborampe upacara karena dianggap bisa memancarkan energi positif dalam hal laku spiritual hingga mampu mewakili banyak harapan para leluhur. 
Picture
Berbagai jenis bunga yang dijadikan uborampe memiliki makna filosofis tersendiri. Menurut Setyo Hajar Dewantoro dalam buku Sastrajendra Ilmu Kesempurnaan Jiwa (2018), kanthil, melati, kenanga, mawar, dan telon, ialah lima di antara bunga  yang terbilang sering dipakai sebagai uborampe. Mari kita telisik masing-masing tafsir makna di balik penggunaan masing-masing bunga tadi.

Bunga kanthil dimaknai sebagai simbol pepeling atau pengingat bahwa “ngelmu iku kelakone kanthi laku” yang artinya ilmu spiritual itu hanya bisa diraih dengan laku atau usaha terus-menerus. Usaha tersebut bisa muncul lewat penghayatan terhadap nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut mempraktikkan lakutama atau laku yang utama. Dalam pernikahan Jawa, bunga kanthil juga dimaknai sebagai  lambang adanya tali rasa yang tansah kumanthil atau senantiasa melekat dan tak pernah putus. Hal ini merupakan harapan bahwa kelak pengantin dapat menjalani hidup dengan kasih sayang yang mendalam dan tidak akan terputus (langgeng).

Bunga melati dimaknai sebagai simbol petuah bahwa setiap orang hendaknya melibatkan hati ketika melakukan segala hal. “Melati” sendiri ditafsirkan sebagai bakronim dari kata-kata “melad saka njero ati” atau “keluar dari lubuk hati”. Maksudnya, seseorang hendaknya berucap dan bertindak, sesuai kata hati sehingga ucapan dan tindakan yang dilakukan harapannya tidak akan mengecewakan atau melukai hati orang lain.
Bunga kenanga dimaknai sebagai sebagai simbol ikhtiar menggapai hal luhur. Tepatnya generasi penerus diharapkan mencontoh perilaku baik generasi pendahulunya dan meneruskan capaian leluhur semasa hidupnya. Kenanga kadang juga ditafsirkan sebagai bakronim dari kenangen ing angga yang artinya “kenanglah dalam dirimu”. Dalam hal ini, orang diharapkan mengenang semua warisan leluhur baik berupa tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, ataupun ilmu spiritual yang banyak mengandung nilai kebijaksanaan. Dengan mengenang kebaikan para pendahulu, harapannya  kita selamat di dunia dan akhirat.

Diantara berbagai jenis bunga, mawar merupakan bunga yang paling populer dalam masyarakat. Bunga ini diterjemahkan sebagai bakronim atas kata-kata “mawi arsa” atau “dengan kehendak atau niat”. Bunga ini hadir sebagai simbol niat kuat seseorang ketika melakukan segala sesuatu. Bunga mawar kadang juga dimaknai sebagai bakronim atas “awar-awar ben tawar” yang artinya “buatlah hatimu menjadi tawar atau tulus”. Pemaknaan ini berkaitan dengan pedoman hidup orang Jawa bahwa dalam menjalani segala sesuatu haruslah dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih.

Warna merah dari bunga mawar menggambarkan proses kelahiran manusia atau  dumadine jalma manungsa sehingga mawar merah sering dikaitkan dengan sosok “ibu” yang dianggap tempat jiwa-raga kita diukir. Dalam bancakan weton (selamatan hari kelahiran), ibu juga dilambangkan dengan bubur merah.  Sementara mawar putih sering dikaitkan dengan sosok “bapak”. Perpaduan raga dan cinta kasih antara bapa dan ibu diwujudkan dalam bentuk bubur merah dan putih yang disilangkan, ditumpuk atau dijejer. Perpaduan ini diharapkan menghasilkan bibit manusia unggul. Istilah Bapa Langit dan Ibu Bumi juga melambangkan keharmonisan bumi pertiwi dan langit, agar tanah air dan putra-putrinya hidup gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja.

​Bunga terakhir yang dibahas dalam artikel ini adalah bunga telon. Kata “telon” diartikan sebagai  tiga kesempurnaan dan kemuliaan hidup alias “tri tunggal jaya sampurna”, yang dalam masyarakat Jawa diumpamakan sebagai sugih banda, sugih ngelmu dan sugih kuasa. Bunga ini bukanlah sebuah nama untuk satu jenis bunga, tetapi susunan bunga yang terdiri dari bunga mawar, melati dan kantil yang diikat menjadi satu. Ketiga bunga ini merupakan bunga inti yang harus ada dalam uborampe. (Veronica Anjar)

2 Comments
reyhan link
21/8/2024 10:32:55 pm

thanks a lot of information keren bgt

Reply
Telkom University link
10/10/2024 04:10:18 pm

What are the five flowers of Uborampe used in Javanese ceremonies, and what significance does each flower hold?

Reply



Leave a Reply.

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    August 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    April 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. [email protected], [email protected]
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak