Buku ini ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis pada tahun 1976-1978 di Desa Gondosari, sebuah desa di Tayu, Pati, Jawa Tengah. Buku ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana masyarakat Jawa mengalami perubahan sosial yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman. Penulis dengan cermat menggambarkan konteks sejarah, termasuk faktor-faktor ekonomi, politik, dan budaya yang mempengaruhi transformasi sosial di daerah pedesaan di Jawa.
Husken berpendapat bahwa struktur sosial desa Jawa pada dasarnya bersifat hierarkis, dengan elite desa sebagai lapisan atas yang menguasai tanah dan sumber daya lainnya. Lapisan bawah desa terdiri dari petani kecil, buruh tani, dan marginal. Perubahan struktur sosial desa Jawa dapat dilihat sejak abad ke-19. Kebijakan-kebijakan para penguasa terkait penguasaan tanah menciptakan golongan-golongan masyarakat desa berdasarkan kepemilikan tanah. Antar Bab Secara Sekilas Berdasarkan pendapat Husken, diferensiasi sosial di desa Jawa dapat dilihat dari kepemilikan tanah. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan di Gondosari, seperti yang digambarkan pada bab 1 tentang kehidupan antara tuan tanah dan penggarapnya pada waktu penulis melakukan penelitian di desa tersebut. Semakin besar tanah yang dikuasai maka semakin besar juga pengaruhnya dalam masyarakat. Di Gondosari terdapat kelompok kecil masyarakat yang menguasai tanah yang dimana kelompok itu masih terhubung secara garis keluarga. Di tahun 1980an di masa Orde Baru banyak kelompok kecil petani yang memiliki lahan luar biasa besar karena kebijakan Orde Baru yang pro agraria. Hal ini menjadikan diferensiasi sosial menjadi sangat ekstrem. Selanjutnya di bab 2, Husken menyuguhkan landasan teoritis untuk memahami diferensiasi sosial di Gondosari. Bab ini dapat dikatakan sebagai historiografi pedesaan Jawa. Di akhir bab ini ada pula pembahasan oleh Husken mengenai keadaan perekonomian desa pada abad ke-19 menuju ke komersialisasi. Eksploitasi besar-besaran di Keresidenan Jepara (Jepara, Kudus, Pati, Juwana) abad ke-18 dan ke-19 untuk kepentingan pasar internasional berikut dampak yang dibawanya menjadi isi pembahasan bab 3 dan 4. Eksploitasi ini menyebabkan terjadinya kesenjangan. Di daerah utara lebih makmur daripada daerah selatan Keresidenan Jepara. Bab ini sudah menjelaskan dengan baik keadaan perekonomian Keresidenan Jepara dengan data kuantitatif dan kualitatif dari abad ke-18 masa VOC hingga abad ke-19 masa kolonial Belanda. Digambarkanlah bagaimana tanah-tanah mengalami perubahan kepemilikan dari komunal ke perseorangan ataupun sebaliknya. Hal ini tak lepas dari kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial yang berbeda-beda, sekaligus erupakan contoh konkret dari eksploitasi ekonomi pemantik diferensiasi sosial di desa-desa Jawa. Bab 5, 6, 7, dan 8 merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang diferensiasi sosial di desa-desa Jawa yang dimulai pada bab 2. Empat bab tadi secara serangkai menjelaskan keadaan politik, ekonomi, dan sosial di Gondosari dan Tayu pada abad ke-20. Gondosari sendiri merupakan daerah di Kawedanan Tayu. Fokus atas Tayu ada di bab 5. Fokus terhadap Gondosari menyusul ada di bab 6. Lalu, bab 7 berisikan bahasan mengenai sistem pertanian masyarakat desa, termasuk sistem bagi hasil, upah, dan struktur kepemilikan tanah. Di bab 8 tersaji data-data kuantitatif Desa Gondosari, meliputi demografi, penguasaan/pembagian tanah, dan luas lahan berdasarkan jenis tanaman. Selanjutnya, bab 9 merupakan merupakan jembatan dari Gondosari yang lama menuju Gondosari yang lebih ‘modern’. Kebijakan Orde Baru di tahun 1970-an membawa arus modern dalam pertanian desa. Kebijakan pemerintah yang pro-agraria ini semakin menguatkan posisi petani kaya dan semakin menyengsarakan petani miskin. Hal ini sebenarnya juga sudah terjadi di masa-masa sebelumnya yang menunjukkan bahwa telah terjadi siklus yang berulang-ulang dalam sejarah. Di bab selanjutnya membahas Gondosari di era modern, yaitu di era Orde Baru. Pembahasan mengenai keadaan politik pedesaan masa Orde Baru mengisi bab 10 dan 11 . Dalam dua bab ini membahas para penguasa tanah dan elite desa. Pada dasarnya, orang-orang yang berkuasa ini masih memiliki garis kekerabatan dan menjadi elite desa dari generasi ke generasi. Memang terdapat beberapa kelompok besar keluarga yang menguasai tanah, namun masih terdapat garis yang saling menghubungkan antara kekuarga-keluarga besar tersebut. Isi bab 12 adalah membahas mengenai peran besar pemerintah Orde Baru dalam campur tangan kehidupan pedesaaan. Kehidupan desa yang selama ini selalu dipegang oleh kelompok-kelompok besar pedesaan sekarang terdapat campur tangan pemerintah di dalamnya. Bab 10-12 membahas tentang peran pemerintah dalam menguatkan diferensiasi sosial di Gondosari. Mbah Djojo, Haji Chalimi, Kusno dan Tolib Perekonomian desa Jawa telah mengalami perubahan yang signifikan selama kurun waktu 1830-1980. Pada masa penjajahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20, perekonomian desa Jawa didominasi oleh pertanian. Namun, pasca-kemerdekaan, perekonomian desa Jawa mulai berkembang ke sektor-sektor lain, seperti industri kecil dan jasa. Salah satu contoh mengenai diferensiasi sosial dapat disebabkan oleh paham politik yang dianut. Dituliskan oleh penulis di buku ini bahwa sosok Mbah Djojo dan Haji Chalimi adalah dua tuan tanah yang berafiliasi terhadap partai politik yang berbeda. Perbedaan afiliasi politik ini dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, khususnya petani penggarap. Kusno adalah contoh petani penggarap yang menjadi miskin karena korban politik. Kusno dulunya adalah penganut PKI, tetapi ketika PKI dilarang oleh pemerintah, kehidupan Kusno pun berubah. Tolib adalah contoh petani penggarap yang berafiliasi terhadap partai politik PPP. Tolib berafiliasi terhadap PPP karena mengikuti afiliasi politik tuan tanahnya, yaitu Haji Chalimi. Politik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, politik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Secara tidak langsung, politik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat melalui afiliasi politik individu. Dalam proses diferensiasi sosial di Gondosari, faktor politik dan ekonomi memainkan peran penting. Politik praktis yang dijalankan masyarakat didasarkan pada ideologi masing-masing golongan. Ideologi digunakan untuk membenarkan strategi perjuangan masing-masing golongan. Proses diferensiasi sosial menyebabkan kekuatan politik dan ekonomi di pedesaan beralih ke lapisan atas. Lapisan atas semakin menjalin hubungan erat dengan pamong desa dan jajaran birokrasi atas desa. Penguasaan atas aset tanah dan tenaga kerja menjadi penggerak utama proses diferensiasi sosial. Keunggulan dan Catatan Buku ini memiliki beberapa keunggulan: Buku ini menawarkan perspektif baru dalam memahami struktur sosial masyarakat desa Jawa, yang selama ini dianggap sebagai masyarakat yang egaliter dan homogen; buku ini didasarkan pada penelitian mendalam yang dilakukan oleh Husken selama tiga tahun di Desa Gondosari; buku ini menyajikan data yang komprehensif tentang struktur sosial, ekonomi, dan politik masyarakat desa Jawa. Meskipun demikian, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa buku ini terlalu terfokus pada aspek sejarah. Buku ini menyajikan analisis teoritis yang mendalam dan komprehensif, namun mungkin lebih bermanfaat bagi pembaca yang memiliki pemahaman dasar tentang sejarah Jawa dan ingin mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang masyarakat desa. Kekurangan lain dari buku ini adalah fokus yang terlalu sempit pada satu desa, yaitu desa Gondosari, membuat hasil penelitiannya kurang dapat digeneralisasi ke masyarakat desa Jawa secara keseluruhan. Secara keseluruhan, “Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah diferensiasi sosial di Jawa 1830-1980” adalah sebuah buku yang berharga bagi mereka yang tertarik dengan sejarah sosial Jawa dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat desa selama periode tersebut. Penulis berhasil menggambarkan perubahan sosial dengan baik dan memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang memengaruhinya. Buku ini direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mendapatkan pemahaman yang lebih tentang sejarah masyarakat desa di Jawa.
1 Comment
|
Archives
April 2024
Categories |