Asal usul nama Kudus dapat ditelusuri dari inskripsi berbahasa Arab di Masjid Menara Kudus. Inskripsi ini terdapat beberapa nama yang menarik perhatian, yaitu Al-Aqsha, Al-Manar, Al-Quds, dan Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus. Selain itu, disebutkan pula tahun 956 Hijriah yang berarti jika di tahun masehi sekitar 1549. Al-Manar dan Al-Aqsha merupakan nama masjid, sedangkan Al-Quds merupakan nama suatu daerah. Ja’far Shadiq sendiri merupakan seorang pendiri masjid dan daerah tersebut.
Menurut Ashadi (2019), inskripsi berbahasa Arab tersebut memiliki arti yang kurang lebih sebagai berikut: “Dengan nama Allaah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Telah mendirikan masjid Al Aqsha dan negeri Al Quds ini Khalifah pada zaman ulama dari keturunan Muhammad untuk membeli kemuliaan sorga yang kekal ……untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pengasih di negeri Al Quds (?) membina masjid Al Manar (?) yang dinamakan Al Aqsha khalifah Allaah di bumi ini …… yang agung dan mujtahid tuan yang arif sempurna utama khusus dengan pemeliharaan …… penghulu Ja’far ash-Shadiq …… pada sembilan ratus limapuluh enam dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya semua” Berdasarkan inskripsi tersebut, Al-Aqsha merupakan nama masjid di daerah Al-Quds. Hal ini sangat berkaitan dengan daerah Yerusalem di Palestina. Al-Quds merupakan nama lain dari Yerusalem sedangkan Al-Aqsha merupakan nama masjid di Yerusalem. Konon Masjid Menara Kudus pada awalnya diberi nama Al-Aqsha ketika Ja’far Shadiq mengunjungi masjid Al-Aqsha di Palestina. Dalam kunjungan itu beliau menerima hadiah sebuah batu yang kemudian batu ini diletakkan di tempat imam di masjid yang sedang dia bangun. Masjid Al-Aqsha sendiri sekarang merupakan masjid yang berada di dekat menara kudus. Menurut Ashadi (2019), Ja’far Shadiq juga mendirikan masjid Al-Manar yang berarti tempat menaruh cahaya (mercusuar). Pemberian nama Al-Manar bisa dikaitkan dengan menara yang berada di dekat masjid. Kebiasaan menyebut suatu tempat dapat berasal dari hal-hal yang menarik perhatian seperti masjid Al-Manar yang memiliki bangunan bercorak Hindu-Budha seperti menara yang berada di dekatnya. Dari kata Al-Manar menjadi menara hingga penyebutan sekarang ini menjadi Masjid Menara Kudus. Jika melihat arti inskripsi tersebut bisa juga bahwa Al Manar merupakan nama masjid yang sudah ada sebelum namanya dirubah menjadi masjid Al-Aqsha. Jadi, sebelum Ja’far Shadiq memberi nama Al-Aqsha, masjid tersebut sudah bernama Al-Manar karena menara yang ada di dekat masjid tersebut. Nama yang lebih lengkap dari masjid ini yaitu, Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Namun, masyarakat lebih mengenal dengan Masjid Menara Kudus. Nama Kudus sendiri diyakini berasal dari kata Al-Quds yang disebutkan dalam inskripsi tersebut. Al-Quds memiliki arti tempat suci. Dikarenakan lidah masyarakat Jawa merubah kata Al-Quds menjadi Kudus. Namun, daerah rural di Kudus masih menggunakan nama dari bahasa Jawa, seperti Jekulo, Mejobo, Kaliwungu, dan Dawe. Asal usul nama Kudus yang berasal dari Bahasa Arab menjadi hal menarik mengingat kebanyakan nama-nama daerah di Jawa berasal dari Bahasa Jawa. Hal ini menjadi bukti penting bahwa Kudus telah menjadi salah satu tempat islamisasi di Jawa. Dari Siregar (2006), jika Kudus dikaitkan dengan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem, nama Gunung Muria juga diyakini berasal dari Bukit Moriah di Yerusalem. Kedua toponimi Kudus dan Muria memiliki keterkaitan yang erat dengan Yerusalem. Berdasarkan versi lain menurut cerita rakyat Kudus terdapat seorang ahli ukir dari Cina Bernama Sun Ging. Cerita tentang kehebatannya tersebar hingga Kerajaan Majapahit. Ia pun diminta untuk mengukir dekorasi keraton Majapahit. Tak lama kemudian, Sun Ging mendirikan perguruan ukir yang kemudian hari disebut Sunggingan. Daerah Sunggingan semakin berkembang ekonominya hingga terdengar oleh Kerajaan Demak. Syekh Ja’far Shadiq kemudian diutus oleh Raden Patah untuk mengislamkan daerah Sunggingan. Sun Ging bertemu dengan Sunan Kudus dan memutuskan untuk masuk Islam. Syekh Ja’far Shadiq mendirikan masjid yang memiliki dekorasi lempengan batu hitam berasal dari Baitul Maqdis atau Masjid Al-Aqsha di Yerusalem, Palestina. Dari nama Baitul Maqdis kemudian menjadi nama Kudus seperti yang dikenal sekarang. Dalam penyebaran agama Islam di Jawa, toponimi menjadi salah satu penanda penting. Toponimi yang berasal dari Bahasa Arab menjadi bukti sejarah penyebaran agama Islam di Jawa. Bukti-bukti penting Kudus menjadi lokasi bagi penyebaran Islam di Jawa selain Demak dapat dilihat dari toponimnya yang berasal dari Bahasa Arab serta dua tokoh Wali Songo yang berasal dari Kudus. Yang lebih menariknya lagi, toponimi Kudus dan Gunung Muria berasal dari Yerualem. Berarti pada masa Sunan Kudus pada abad ke-16 terdapat hubungan antara Kudus dan Yerusalem. Referensi: Ashadi, Kudus Kota Suci di Jawa, Arsitektur UMJ Press, Jakarta, 2019. Sinau Basa Jawa. “Legenda Kota Kudus,” n.d. https://basajawa41.wordpress.com/materi/cerita-rakyat/legenda-kota-kudus/comment-page-1/. Siregar, S., dkk, Ziarah Masjid dan Makam, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006.
1 Comment
|
Archives
October 2023
Categories |