Plengkung Gading yang memiliki nama asli Plengkung Nirbaya sejatinya adalah bagian sistem fortifikasi atau sistem perbentengan pelindung kompleks Kraton Kasultanan Yogyakarta. Jejak fungsi lama itu yang menjadikan Plengkung Gading menyambung denan tembok tebal memanjang di kiri-kanannya. Bentuk Plengkung Gading pun kekar dengan akses jalan yang semacam terowongan pendek. Demikian lah alasan mengapa gerbang selatan Kraton Yogyakarta ini tidak semolek dan seramping Gapura Gading selaku saudara jauhnya di Solo.
Di atas Plengkung Gading, terlindung dinding yang dibentuk dalam pola gundukan-gundukan gunungan berpucuk mahkota, juga masih bersambung dengan bagian dinding yang dibentuk menyerupai sayap burung, ada suau pelataran cukup lapang. Itu menjadi salah satu titik penempatan meriam pertahanan kompleks kraton. Pelataran itu juga sekaligus tempat para prajurit berjaga, termasuk menaik-turunkan jembatan gantung akses penyeberangan parit pertahanan kraton. Merujuk isi Ensiklopedi Kraton Yogyakarta yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2009, bagian atas Plengkung Gading dihiasi ornamen burung yang menghisap kuntum bunga. Ornamen ini bukan sekadar hiasan. Ini sebenarnya adalah suatu candrasengkala alias kronogram, yakni penanda tahun yang disandikan sebagai gambar. Candrasengkala ini dapat dibaca sebagai Sarining Sekar Sinesep Peksi (Sari Bunga yang Dihisap Burung), lalu dapat dikonversi memunculkan tahun 1691 Jawa, yang setara dengan 1767 Masehi. Penulisan angka tahun ini diyakini sebagai tahun penyelesaian Plengkung Gading, yang juga berbarengan dengan penyelesain Kompleks Tamansari. Masih merujuk kepada Ensiklopedi Kraton Yogyakarta Plengkung Gading adalah bagian sistem perbentengan Kraton Yogykarta yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana I. Awalnya, penanggung jawab pembangunan benteng adalah Raden Rangga Prawirasentika, Wedan Bupati Madiun. Tahapan selanjutnya pembangunan sampai akhirnya diselesaikan pada 1706 Jawa alias 1782 Masehi adalah Pangeran Adipati Anom, yang nantinya akan naik takhta menjadi Sultan Hamengkubuwana II. Selain Plengkung Gading sebagai gerbang selatan, Kraton Yogyakarta masih memiliki empat gerbang lain yang juga bernama depan plengkung. Itu terdiri dari Plengkung Tarunasura alias Plengkung Wijilan di sebagai akses keluar-masuk di timur laut.; Plengkung Jagasura alias Plengkung Ngasem sebagai akses keluar-masuk di barat laut, Plengkung Jagabaya alias Plengkung Tamansari sebagai akses keluar-masuk di barat, serta Plengkung Madyasura alias Plengkung Gondomanan sebagai akses keluar-masuk di sebelah timur. (YOSEF KELIK/Periset di Museum Ullen Sentalu)
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
November 2024
Categories |