ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Mantrijeron dan Mantrijero

11/2/2022

0 Comments

 
Mantrijeron di dalam Kota Yogyakarta saat ini merujuk kepada empat hal sekaligus.  Itu meliputi nama kampung, nama jalan, nama kalurahan, juga nama kemantren (nomenklatur khas di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menyebut daerah setingkat kecamatan di dalam lingkup Kota Yogyakarta).
Picture
Muasal penamaan Mantrijeron adalah nama salah satu kampung permukiman para abdi dalem prajurit Kraton Kasultanan Yogyakarta. Tepatnya yang tergabung dalam kesatuan Bregada Mantrijero, atau disebut juga Mantrilebet jika mengikuti penamaanya menurut bahasa Jawa Krama. Mantrijero sebagai suatu nama mengandung arti harafiah “menteri di dalam lingkungan istana”.

Kampung Mantrijeron saat ini bertapak lokasi di sebelah timur Kampung Mangkuyudan, juga berada di sebelah utara Kampung Jagakaryan. Kampung tersebut mendapat nama Mantrijeron sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana IV (1814-1823). Sebelum periode tadi, para prajurit Mantrijero menempati bagian dalam kompleks perbentengan Kraton Kasultanan Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana IV memang tercatat berlangsung pemindahan lokasi permukiman para prajurit keraton dari dalam benteng keraton (Njeron Beteng)  ke luar benteng (Njaban Beteng).

Para prajurit Mantrijero adalah termasuk ke dalam 10 bregada prajurit Kraton Kasultanan Yogyakarta yang direaktivasi Sultan Hamengkubuwana IX pada 1970. Delapan belas tahun sebelumnya, selusin bregada prajurit  yang dimiliki Kraton Yogyakarta, tak terkecuali Bregada Mantrijero, harus merasakan pengalaman pahit, yakni dibubarkan karena tekanan politik pihak Jepang.  

Seragam para prajurit Bregada Mantrijero setelah reaktivasi 1970 sama seperti seragam sebelum pembubaran 1942. Wujudnya adalah paduan baju dan celana serba lurik yang dipadukan baju dalam putih. Itu dilengkapi topi songkok hitam yang memiliki brim horizontal di bagian depan serta memiliki brim vertikal pada separo bagian belakang.

Dalam catatan sejarah pihak Kraton Kasultanan Yogyakarta, Mantrijero bisa digolongkan satuan elite. Pada saat momen penting seperti penobatan Sultan, dua prajurit Mantrijero bersenjata kelewang didapuk sebagai pengawal terdekat bagi Sultan dan Permasuri. Selama prosesi, dua prajurit itu menempatkan diri di kiri-kanan Sultan serta Permaisuri. Dengan demikian, dua prajurit Mantrijero itu bertugas bersama delapan prajurit Nyutra bersenjata tombak yang berbaris di beberapa langkah di depan. 
​
Formasi dua prajurit Mantrijero dan delapan prajurit Nyutra tersebut juga digunakan pada masa kolonial ketika Sultan juga masih tampil pada hari H upacara Grebeg. Dahulu, pejabat gubernur Belanda di Yogyakarta turut hadir dan berada di sebelah Sultan selama prosesi arak-arakannya. Ini antara lain dpat dilihat dari foto-foto karya Kassian Cephas yang mendokumentasikan prosesi upacara grebeg semasa pemerintahan  Sultan Hamengkubuwana VII. (Yosef Kelik, Periset di Museum Ullen Sentalu)  
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta
T. 0274 895161
SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. ullensentalu@gmail.com, info@ullensentalu.com
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak