ULLEN SENTALU
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak

KAJIAN

Artikel Riset Museum Ullen Sentalu tentang Jawa dan Nusantara

Kaliurang dan Potensi Wisata Edukatif dari Vila-Vilanya

23/9/2021

0 Comments

 
(Bagian II dari serial 2 tulisan)

Sejuknya hawa kaki Gunung Merapi menjadi salah satu alasan terpenting para bangsawan Yogyakarta, pejabat-pejabat pemerintah Kolonial, juga kalangan kaya era Hindia Belanda mendirikan rumah peristirahatan di Kaliurang. Orang Jawa biasa menyebut wisma tetirah itu sebagai pesanggrahan. Orang-orang Eropa maupun orang-orang yang terwesternisasi biasa menamainya sebagai villa. 
​
Picture
Keluarga bangsawan mengambil energi kebaikan dari filosofi sang Meru, Merapi. Bagi mereka, Merapi merupakan kawasan sakral, penuh energi positif. Bahkan dipercaya, sebagai tempat tinggal para leluhur, nenek moyang. Itu pula lah salah satu alasan Museum Ullen Sentalu memilih kawasan Kaliurang sebagai tenpat berdirinya museum. Menyerap energi positif sebagai tempat tetirah (meditasi) tempat yang diberkahi, tempat untuk mendapat pencerahan.

Hingga kini, kaliurang terkenal sebagai kawasan perisitirahatan dengan banyaknya bangunan villa yang akan ditinggali saat libur akhir pekan. Muncul istilah naar boven di periode sebelum kemerdekaan. Naar boven (bahasa Belanda: “pergi ke atas”), karena keletakan Kaliurang yang lebih tinggi dari rumah tinggal orang. Sehingga wisata ke Kaliurang lebih dikenal dengan kata naar boven. Kini  istilah itu disematkan pada Jalan Kaliurang, disingkat Jakal. Jakal atas merujuk pada daerah Pakem  Jakal bawah merujuk pada seputaran UGM .

Selayang pandang di mata generasi kiwari, sejumlah lebih dari 50 vila hasil pembangunan 1920-an – 1930-an agaknya bakal identik dengan imej tua, atau bahkan angker. Bangunan-bangunan tersebut sejatinya merupakan serangkaian kekayaan arsitektur maupun sejarah. Banyak dari vila-vila tersebut merupakan wujud nyata dari arsitektur Indies di Nusantara pada awal hingga medio abad XX, khususnya lagi yang bergaya art nouveau maupun art deco. Dengan begitu, vila-vila di Kaliurang pada dasarnya menyimpan potensi wisata edukatif seputar contoh-contoh bangunan berarsitektur Indies, baik dari segi eksterior maupun interiornya.

Jika mengulas lebih lanjut kesejarahan yang berkaitan dengan sejarah dinamika politik bangsa. Pasalnya ada beberapa bangunan vila yang digunakan sebagai tempat berunding maupun penginapan delegasi perundingan  antara Indonesia dan Belanda di masa Revolusi Kemerdekan, dengan ditengahi oleh Amerika Serikat, Belgia, dan Australia.  antara lain Pesanggrahan Ngeksiganda milik Kasultanan Yogyakarta, Pesanggrahan Hargopeni milik Pura Pakualaman, Wisma Kaliurang eks Hotel Le Meyer di Jalan Astorenggo, juga Wisma Gajah Mada di Jalan Wreksa. Ada pula bangunan Penginapan Sri Kahono yang konon pernah dimanfaatkan pihak militer Indonesia untuk menahan seorang agen intelijen negara asing yang tertangkap setelah pesawat yang dipilotinya berhasil ditembak jatuh di Perairan Maluku.

Lalu sejumlah bangunan dan tapak bekas bangunan di Jalan Arga dapat menjadi tempat mengingat keharusan hidup waspada berdampingan dengan Gunungapi Merapi. Bangunan-bangunan maupun tapak bekas bangunan yang dimaksud ialah Lahan Parkir yang dulunya Kolam Renang Tlogo Nirmolo, bekas reservoir air, bekas lapangan tenis, serta Wisma Widya Mandala yang telah mangkrak. Mereka ini merupakan saksi bisu dampak kerusakan Erupsi Merapi 1994.

Wisata  edukatif yang mengangkat sisi menarik vila-vila maupun situs bangunan warisan Kolonial di Kaliurang ini dapat digarap oleh pihak-pihak terkait. Dinas Pariwasata Sleman; museum-museum di Kaliurang seperti Museum Ullen Sentalu, Museum Gunungapi Merapi, serta Museum Gempa Dr Sarwidi; juga museum bertema sejarah di lingkup Kabupaten Sleman seperti Museum Yogya Kembali.
​
Di antara cara menarasikan hal-hal menarik dari bangunan-bangunan warisan era Kolonial ada dua macam yang dapat dilakukan secara sinergis, bisa dengan statis dan dinamis. Cara yang bersifat statis adalah pemasangan plakat-plakat narasi kesejarahan singkat di depan situs-situs  bangunan kolonial terpilih. Paling tidak dengan ini orang-orang yang menyempatkan berjalan-jalan di Kaliurang dapat membacanya. Sedangkan cara dinamis berupa pengadaan paket tur jalan-jalan seraya mampir mengunjungi ke situs-situs bangunan kolonial terpilih dengan didampingi pemandu selaku penutur kisah. Tur jalan-jalannya juga dapat disertai kesempatan menikmati kuliner khas Kaliurang maupun Sleman. Sayangnya tur seperti yang diusulkan ini jika hendak direalisasikan tentulah mesti menunggu redanya Pandemi COVID19. (Yosef Kelik/Staf Riset Museum Ullen Sentalu)
TAMAT
 
Referensi
  • Andani, Angelica Hedy, Strategi Pelestarian Bangunan Kolonial di Kaliurang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011
  • Bruggen, MP van & RS Wassing, Djokja en Solo: Beeld van de Vorstensteden, Asia Maior, Purmerend, 1998
  • Hadiyanta, Ign Eka (dkk), Monografi Pesanggrahan-Pesanggrahan Kraton Yogyakarta, Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta, Sleman, 2008
  • Setyastuti, Ari (dkk), Mosaik Pusaka Yogyakarta, Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta, Sleman, 2003
 
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    October 2022
    September 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    September 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021

    Categories

    All
    Budaya
    Kesehatan
    Pendidikan
    Sastra
    Sejarah
    Yogyakarta

MUSEUM ULLEN SENTALU
Jl. Boyong Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta

SEKRETARIAT ULLEN SENTALU
Jl. Plemburan 10, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta 55581
T. 0274 880158, 880157
E. ullensentalu@gmail.com, info@ullensentalu.com
Ikuti Ullen Sentalu di:
  • Home
  • Berkunjung
  • Museum
  • Kajian
  • Kontak