Beberapa warganet ternyata menyebut riasan alis bercabang dan meruncing tersebut sebagai sesuatu yang aneh. Agaknya komentar demikian datang dari mereka yang awam dengan lika-liku kebudayaan Jawa, khususnya seputar adat perkawinan gaya Yogyakarta. Bisa juga komentar-komentar itu datang dari mereka yang preferensi riasan maupun tata cara pernikahannya condong kepada adat budaya non-Jawa atau malah ke arah gaya moderen maupun kosmopolit.
Alis “aneh” ini sejatinya malah merupakan salah satu ciri khas dalam seni tata rias tradisional gaya Yogyakarta. Alis bercabang dan meruncing itu memiliki penamaan khusus, yakni “menjangan ranggah”. Kata “menjangan” merupakan padanan untuk kata “rusa” dalam bahasa Indonesia. Penamaan demikian tak lepas dari bentuk tanduk bercabang milik rusa selaku inspirasi bentuk riasannya. Alis ala tanduk rusa ini secara tradisional diaplikasikan sebagai riasan wajah pengantin maupun riasan wajah penari bedaya (tarian berformasi sembilan penari di kraton). Perempuan yang dirias dengan alis bergaya menjangan ranggah diharapkan akan menjadi sosok yang menyerap sifat-sifat unggul yang dimiliki menjangan atau rusa; yakni cerdas, cerdik, anggun, dan lincah. Manakala alis menjangan ranggah diriaskan kepada pengantin, ini tentulah melambangkan doa berpengharapan baik bahwa pemiliknya dianugerai kecerdasan, kecerdikan, keanggunan, juga kelincahan ketika mengemban peran sebagai nyonya rumah tangga sekaligus ibu untuk anak-anaknya. Sebelum Erina Gudono pun, ada sejumlah sosok kenamaan yang ketika menikah lantas memakai riasan pengantin gaya Yogyakarta, termasuk alis menjangan ranggah. Contoh utamanya tentu saja adalah Gusti Kangjeng Ratu (GKR) Mangkubumi dan GKR Hayu, juga para saudarinya sesama putri Sultan Hamengkubuwana X. Dua contoh selanjutnya adalah Anisa Pohan serta Alia Rajasa, dua menantu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu ada juga Dian Sastro, Ayu Dewi, dan Nagita Slavina. Jika mengunjungi Museum Ullen Sentalu, Anda akan dapat menemukan kisah lebih lengkap tenang alis menjangan ranggah, juga seni tata rias pengantin gaya Yogyakarta selebihnya, termasuk perbedaan-perbedaannya dengan seni tata rias pengantin gaya Surakarta. Itu tepatnya akan Anda temukan di Ruang Sasana Sekar Bawana jika mengikuti paket tur Vorstenlanden yang bertiket warna hitam. (Yosef Kelik/Periset di Museum Ullen Sentalu)
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2024
Categories |