Namun, di saat bersamaan sejatinya sejumlah unsur dari sistem tarikh kuna tetap hidup dan diterapkan oleh masyarakat di Jawa dan Bali. Itu berlaku baik unsur sistem kalender Saka yang merupakan arustama pada sepanjang zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Lalu ada pula unsur lain dari sistem kalender Jawa yang dipergunakan di Jawa selama pertengahan masa pemerintahan Susuhunan Hanyakrakusuma alias Sultan Agung.
Dari antara unsur-unsur non sistem tarikh Masehi tadi, satu contoh yang sebenarnya masih hidup adalah dalam perihal pengelompokan sekaligus penamaan atas pekan tujuh harian. Berdasarkan tradisi yang berkembang sejak masih eksisnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, pekan-pekan tujuh harian dikelompokkan ke dalam 30 nama yang berbeda-beda. Setiap pekan tujuh harian tersebut disebut sebagai wuku. Daftar 30 wuku tadi meliputi:
Penamaan wuku tersebut disertai suatu mitos. Keseluruhan wuku yang sejumlah 2,5 lusin tersebut dinamai dari para anggota keluarga kerajaan dari negeri antah berantah bernama Gilingwesi. Sinta selaku wuku nomor 1 adalah merujuk nama permaisuri kerajaan tadi. Watugunung selaku wuku nomor 30 alias terakhir adalah sang raja kerajaan Gilingwesi. Untuk 28 wuku selebihnya, mulai dari Landep selaku wuku nomor 2 hingga Dukut selaku wuku nomor 29, semuanya merupakan 28 putra-putri pasangan suami-istri Raja Watugunung-Permaisuri Sinta. Menariknya mitos tentang Raja Watugunung dan Permaisuri Sinta ini punya kemiripan dengan satu legenda lain Nusantara, juga dengan satu cerita mitologi Yunani Kuno. Mitos Watugunung-Sinta dari Jawa dan Bali memiliki kemiripan dalam hal hubungan dua tokoh utamanya dengan Legenda Tangkuban Parahu di Tanah Sunda. Ini karena Watugunung dan Sinta adalah pasangan suami istri yang menikah sampai beranak 28 tanpa menyadari bahwa keduanya sebenarnya anak dan ibu yang telah terpisah lama. Itu artinya memang punya kemiripan dengan Legenda Tangkuban Parahu yang mengisahkan Sangkuriang yang jatuh cinta dan hendak memeristri Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri setelah saling terpisah bertahun-tahun lamanya. Kemiripan lebih besar dimiliki mitos Watugunung dan Sinta dari Jawa serta Bali dengan mitos sekaligus cerita tragedi dari zaman Yunani Kuno, yakni Oedipus Rex atau Raja Oedipus. Ini karena sebagaimana terjadi terhadap Watugunung dan Sinta, Oedipus pun diceritakan menikahi ibunya, Jocasta, juga mendapatkan sejumlah anak dari perkawinannya dengan ibunya itu. (Yosef Kelik, Periset di Museum Ullen Sentalu)
2 Comments
Sumadi
19/2/2023 11:29:34 pm
Very good
Reply
Mas-E
10/11/2024 03:39:59 pm
Ternyata senjlimet itu..
Reply
Leave a Reply. |
Archives
November 2024
Categories |