Adapun sanggul ukel tekuk gaya Yogyakarta ciri-cirinya berbentuk besar di bagian bawah, atau berkebalikan dengan sanggul gaya Solo yaitu berbentuk besar di bagian atas. Sanggul Paes Yogyakarta: 1. Sanggul bokor mengkurep dihiasi lagi dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru/hijau yang dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri – kanan gelung. 2. Di tengah sanggul dihias dengan bunga merah yang disebut ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas permata. 3. Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk sepanjang 40 cm, yang sepintas menyerupai belalai gajah sehingga dinamai dalam bahasa Jawa sebagai gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula. 4. Di bagian atas sanggul disematkan hiasan kepala yang disebut cunduk menthul, terdiri atas 5 buah tusuk sanggul yang berbahan lentur sesuai namanya dan berbentuk bunga seruni. Angka 5 pada jumah cunduk menthul melambangkan 5 rukun Islam. Jika berjumlah 3, ini mencerminkan jejak pengaruh zaman Hindu-Buddha perihal konsep Trimurti, tetapi sejak masa Islam dimaknai sebagai lambang tiga siklus hidup: lahir, menikah, dan mati., kemudian awal budaya Islam masuk hanya dikenakan 1 cunduk menthul yang melambangkan keesaan Tuhan. Jumlah cunduk menthul selalu ganjil, angka ganjil diyakini memilik kekuatan sebagai penolak bala. Sanggul Paes Surakarta: 1. Tatanan sanggul belakang yang berbentuk bokor mengkurep tidak diberi jebehan, tetapi diberi hiasan berupa burung merak. Untuk sanggul ukel tekuk gaya Surakarta (Solo) ciri – cirinya berbentuk lebar atas dan dilengkapi hiasan untaian bunga melati yang disebut once “bangun tulak”. 2. Bagian bawah sanggul dipasang untaian melati yang ditempatkan menjuntai ke depan dada, yang dinamai menurut bahasa Jawa sebagai tibo dodo. 3. Rambut pada sisi kiri-kanan kepala ditata sedemikian rupa sehingga memunculkan bagian yang sedikit melebar dan agak meruncing yang dinamai sebagai sunggar. 4. Di bagian atas sanggul disematkan hiasan kepala yang disebut cunduk menthul, yang berbentuk flora fauna seperti: bunga seruni, kupu, kijang, gajah, dan lain-lain. Jumlah cunduk methul anatara 7 (pitu dalam bahasa Jawa) melambangkan pitulung, ataupun berjumlah 9 yang melambangkan walisanga. Angka 5 pada jumah cunduk menthul melambangkan 5 rukun Islam. Pengenaan cundhuk menthul mengalami transformasi dari budaya Hindu ke Islam. Pada masa budaya Hindu cunduk menthul hanya berjumlah 3 yang melambangkan Trimurti, kemudian awal budaya Islam masuk hanya dikenakan 1 cunduk menthul yang melambangkan keesaan Tuhan.(Isti Yunaida/Humas Museum Ullen Sentalu & Christian Maria G/Periset dan Edukator Tur Museum Ullen Sentalu 2014-2017) *Sebelumnya pernah diunggah di blog.ullensentalu.com pada 03 Februari 2016
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
May 2024
Categories |